بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ ﴿١٣﴾
ṡullatum minal-awwalīn
segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
Tafsir Surah Al-Waqi’ah Ayat: 13
*( 13-14. ) Allahﷻ berfirman, menceritakan perihal orang-orang yang paling dahulu yang didekatkan kepada Allah, bahwa mereka:
ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَ. وَقَلِيْلٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَ
( Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. ) (Al-Waqi'ah, 56:13-56:14)
*Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna yang dimaksud oleh firman-Nya, AL-AWWALĪN dan AL-ĀKHIRĪN. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan yang pertama ialah umat-umat terdahulu, sedangkan yang terakhir adalah umat ini (umat Nabiﷺ). Ini dikatakan oleh Mujahid dan Al-Hasan Al-Basri menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir dengan alasan ada sabda Rasulullahﷺ yang mengatakan:
نَحْنُ الْاٰخِرُوْنَ السَّابِقُوْنَ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ
( "Kita adalah umat yang terakhir, tetapi yang paling dahulu kelak di hari kiamat. )
*Tetapi tidak ada seorang pun yang meriwayatkannya selain dia dan tiada seorang pun yang menisbatkannya kepada seseorang (selain dia). Dan di antara alasan lain bagi pendapat ini ialah adanya hadis yang diriwayatkan oleh Abu Muhammad ibnu Abu Hatim, dia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Isa Ibnu Tabba, telah menceritakan kepada kami Syarik ibnu Muhammad ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: ( Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. ) (Al-Waqi'ah, 56:13-56:14) Maka hal ini terasa berat bagi sahabat-sahabat Nabiﷺ, lalu turunlah firman-Nya: ( (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian. ) (Al-Waqi'ah, 56:39-56:40) Lalu Nabiﷺ bersabda:
اِنِّيْ لَاَرْجُوْ اَنْ تَكُوْنُوْا رُبْعَ اَهْلِ الْجَنَّةِ ثُلُثَ اَهْلِ الْجَنَّةِ بَلْ اَنْتُمْ نِصْفُ اَهْلِ الْجَنَّةِ -اَوْ شَطْرُ اَهْلِ الْجَنَّةِ-وَتُقَاسِمُوْنَهُمُ النِّصْفَ الثَّانِيْ
( "Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat penghuni surga, sepertiga penduduk surga, bahkan kalian adalah setengah atau separo penduduk surga, sedangkan yang separo lainnya diperebutkan oleh mereka. )
*Imam Ahmad meriwayatkannya melalui Aswad ibnu Amir, dari Syarik, dari Muhammad ibnu Bayya' Al-Mala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas.
*Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula melalui hadis Jabir dengan lafaz yang semisal.
*Al-Hafiz Ibnu Asakir telah meriwayatkannya melalui Hisyam ibnu Imarah, telah menceritakan kepada kami Abdu Rabbihi ibnu Saleh, dari Urwah ibnu Ruwayyim, dari Jabir ibnu Abdullah, dari Nabiﷺ Disebutkan bahwa ketika diturunkan surat Al-Waqi'ah yang di dalamnya disebutkan, "Segolongan besar dari orang-orang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian, maka Umar berkata, "Wahai Rasulullah, itu berarti segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari kalangan kita. Maka Rasulullahﷺ diam dari wahyu terhenti selama satu tahun, kemudian turunlah firman-Nya: ( (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan yang besar dari orang-orang yang kemudian. ) (Al-Waqi'ah, 56:39-56:40); Maka Rasulullahﷺ bersabda: "Hai Umar, kemarilah, dengarkanlah apa yang telah diturunkan oleh Allah, "(Yaitu) segolongan yang besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan yang besar pula dari orang-orang yang kemudian. Ingatlah, sesungguhnya dari Adam sampai masaku adalah satu golongan, dan umatku adalah golongan lainnya. Dan bilangan kita masih belum mencapai dua pertiga (dari yang dijanjikan) hingga kita meminta bantuan dengan orang-orang yang berkulit hitam para penggembala unta dari kalangan orang-orang yang telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
*Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dalam biografi Urwah ibnu Ruwayyim sanad dan matannya, tetapi dalam sanadnya masih ada hal yang harus diteliti ulang. Hanya saja telah disebutkan melalui berbagai jalur hadis Nabiﷺ yang mengatakan: "Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat ahli surga. hingga akhir hadis, dan hadis ini merupakan hadis tunggal dalam Bab "Sifatul Jannah.
*Dan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir dalam hal ini perlu diteliti ulang-bahkan dinilai lemah-karena umat ini adalah umat yang terbaik didukung oleh nas Al-Qur'an, sehingga jauh dari kemungkinan bila dikatakan bahwa golongan muqarribin ada pada selainnya dalam jumlah yang lebih banyak daripada apa yang ada pada umat ini, terkecuali bila mereka semua digabungkan menjadi satu untuk mengimbangi umat ini.
*Makna lahiriahnya menunjukkan bahwa muqarribin (orang-orang yang didekatkan kepada Allah) dari kalangan mereka jauh lebih banyak daripada apa yang ada di kalangan umat-umat yang lain.
*Dalam masalah ini pendapat yang kedualah yang lebih kuat, yaitu yang mengartikan firman-Nya: ( segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. ) (Al-Waqi'ah, 56:13) Yaitu dari kalangan permulaan umat ini. ( dan segolongan yang kecil dari orang-orang yang kemudian. ) (Al-Waqi'ah, 56:14) Yakni dari kalangan generasi selanjutnya dari umat ini.
*Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabbah, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Bakar Al-Muzani, bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan membaca Al-Qur'an sampai pada ayat berikut, yaitu firman-Nya: ( Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). ) (Al-Waqi'ah, 56:10-56:11) Lalu Al-Hasan mengatakan bahwa adapun orang-orang yang paling dahulu beriman, maka sesungguhnya mereka telah pergi. Tetapi kita memohon kepada Allah semoga Dia menjadikan kita termasuk golongan kanan (Ashabul yamin).
*Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Yahya yang mengatakan bahwa Al-Hasan membaca firman-Nya: ( Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. ) (Al-Waqi'ah, 56:10 sampai 56:13) Lalu ia mengatakan bahwa yang dimaksud ialah segolongan dari umat ini yang telah pergi.
*Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnul Mugirah Al-Minqari. telah menceritakan kepada kami Abu Hilal, dari Muhammad ibnu Sirin, bahwa ia telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: ( Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. ) (Al-Waqi'ah, 56:13-56:14) Bahwa dahulu mereka mengatakan atau berharap semoga semuanya itu dari kalangan umat ini.
*Demikianlah pendapat yang dikatakan oleh Al-Hasan dan Ibnu Sirin, yaitu bahwa semuanya dari kalangan umat ini. Dan tidak diragukan lagi bahwa permulaan dari tiap-tiap umat lebih baik daripada yang terakhirnya. Dengan demikian, berarti dapat diartikan bahwa makna ayat ini bersifat umum mencakup semua umat, yang masing-masing umat menurut persentasinya tersendiri. Karena itulah disebutkan di dalam sebuah hadis yang terdapat di dalam kitab-kitab sahih dan lain-lainnya melalui berbagai jalur, bahwa Rasulullahﷺ telah bersabda:
خَيْرُ الْقُرُوْنِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
( "Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian orang-orang yang sesudah mereka, kemudian orang-orang yang sesudah mereka... ) hingga akhir hadis.
*Dan yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yaitu bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Ziad alias Abu Umar, dari Al-Hasan, dari Ammar ibnu Yasir yang mengatakan bahwa Rasulullahﷺ telah bersabda:
مَثَلُ اُمَّتِيْ مَثَلُ الْمَطَرِ لَا يُدْرٰى اَوَّلُهٗ خَيْرٌ اَمْ اٰخِرُهٗ
( "Perumpamaan umatku adalah sama dengan hujan, tidak diketahui apakah yang baik itu permulaan ataukah akhirnya. )
*Hadis ini setelah diputuskan bahwa sanadnya sahih mengandung makna bahwa agama ini memerlukan permulaan umat yang berfungsi untuk menyampaikannya kepada generasi sesudahnya, begitu pula ia memerlukan orang-orang yang menegakkannya di masa-masa selanjutnya. Yaitu guna meneguhkan manusia agar tetap pada sunnah dan periwayatannya serta mempertahankan keberadaannya, hanya keutamaan ada pada generasi pendahulu. Demikian pula tanaman, memerlukan hujan di masa permulaannya sebagaimana ia pun memerlukan hujan di masa-masa mendatang. Akan tetapi, jasa yang terbesar adalah bagi hujan yang pertama dan kebutuhan tanaman akan yang pertama lebih kuat. Karena sesungguhnya seandainya tidak ada hujan yang pertama, tentulah bumi tidak dapat menumbuhkan tetumbuhannya dan akarnya pun tidak dapat hidup padanya. Karena itulah maka Nabiﷺ pernah bersabda:
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ اُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلَا مَنْ خَالَفَهُمْ اِلٰى قِيَامِ السَّاعَةِ
( "Ada segolongan dari umatku yang terus-menerus berjuang membela kebenaran, tidak membahayakan mereka orang-orang yang menghina mereka dan tidak pula orang-orang yang menentang mereka, sampai hari kiamat terjadi. )
Menurut lafaz yang lain disebutkan:
حَتّٰى يَأْتِيَ اَمْرُ اللّٰهِ وَهُمْ كَذٰلِكَ
( "...hingga tibalah saatnya perintah Allah (hari kiamat), sedangkan mereka dalam keadaan demikian (memperjuangkan perkara yang hak). )
*Maksud pengutaraan kesemuanya ini adalah untuk menunjukkan bahwa umat ini adalah umat yang paling mulia di antara semua umat, dan orang-orang yang didekatkan kepada Allah dari kalangannya jauh lebih banyak jumlahnya daripada yang lainnya, serta lebih tinggi kedudukannya daripada umat-umat lainnya. Demikian itu berkat kemuliaan agamanya dan kebesaran nabinya.
*Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan secara mutawatir dari Rasulullahﷺ telah disebutkan bahwa beliauﷺ pernah memberitakan bahwa di kalangan umat ini terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab. Dan menurut lafaz yang lain, tiap-tiap seribu orang dari mereka membawa tujuh puluh ribu orang. Menurut lafaz yang lainnya lagi, tiap-tiap orang dari mereka membawa tujuh puluh ribu orang.
*Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yazid At-Tabrani, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullahﷺ pernah bersabda,
اَمَا وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهٖ لَيُبْعَثَنَّ مِنْكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ مِثْلَ اللَّيْلِ الْاَسْوَدِ زُمْرَةٌ جَمِيْعُهَا يُحِيْطُوْنَ الْاَرْضَ تَقُوْلُ الْمَلَائِكَةُ لَمَا جَاءَ مَعَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَكْثَرُ مِمَّا جَاءَ مَعَ الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ
( "Ingatlah, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya benar-benar akan dibangkitkan dari kalian kelak di hari kiamat sejumlah orang yang banyaknya seperti malam yang pekat karena semuanya menutupi bumi ini. Para malaikat merasa kagum melihat umat yang datang bersama Muhammadﷺ dalam jumlah yang lebih besar daripada apa yang dibawa oleh para nabi lainnya. )
*******
Sehubungan dengan tafsir firman Allahﷻ:
ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَ. وَقَلِيْلٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَ
( Segolongan besar dari orang- orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. ) (Al-Waqi'ah: 56:13-56:14)
*Amatlah baik bila diketengahkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitabnya yang berjudul Dala'ilun Nubuwwah, telah menceritakan kepada kami Abu Nasr ibnu Qatadah, telah menceritakan kepada kami Abu Amr ibnu Matar, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Muhammad ibnul Mustafad Al-Faryabi, telah menceritakan kepadaku Abu Wahab alias Al-Walid ibnu Abdul Malik ibnu Abdullah ibnu Masrah Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ata Al-Qurasyi Al-Harrani, dari Muslim ibnu Abdullah Al-Juhani, dari pamannya (yaitu Abu Misyja'ah ibnu Rib'i), dari Abu Zamil Al-Juhani£ yang menceritakan bahwa Rasulullahﷺ apabila usai dari salat Subuhnya, beliau mengucapkan doa berikut seraya melipatkan kedua kakinya: Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya aku memohon ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima tobat. sebanyak tujuh puluh kali. Setelah selesai, beliauﷺ bersabda: Tujuh puluh kali dengan imbalan (pahala) tujuh ratus kali. Tiada baiknya bagi orang yang dosa-dosanya dalam satu hari lebih banyak daripada tujuh ratus kali. Beliauﷺ mengucapkan sabdanya ini sebanyak dua kali, lalu menghadapkan mukanya kepada orang-orang (para makmum). Dan Rasulullalﷺ adalah seorang yang suka mendengar kisah mimpi yang baik, untuk itu beliau selalu bertanya, "Apakah ada seseorang di antara kalian yang melihat sesuatu dalam mimpinya (tadi malam)? Abu Zamil menjawab, "Aku telah bermimpi tadi malam, wahai Rasulullahﷺ Maka Rasulullahﷺ bersabda: Mudah-mudahan kebaikanlah yang kamu jumpai dan terhindar dari keburukan yang tidak kamu inginkan. Dan semoga menjadi kebaikan bagi kita dan menjadi keburukan bagi musuh-musuh kita; segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sekarang ceritakanlah mimpimu itu. Maka aku menjawab, "Aku bermimpi melihat semua manusia berada pada suatu jalan yang sangat luas, datar, lagi jelas, dan mereka berada di tengah jalan dalam keadaan bergerak maju. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba jalan itu sampai kepada suatu lahan penggembalaan yang belum pernah kulihat tempat penggembalaan seperti itu; tetumbuhannya tumbuh dengan segarnya memukau pandangan mata. dan air hujan yang turun padanya menumbuhkan berbagai macam tetumbuhan yang hijau segar. Gelombang pertama dari manusia itu ketika sampai di lahan penggembalaan itu bertakbir, kemudian memacu kendaraan mereka meneruskan perjalanannya tanpa menoleh ke arah kanan maupun ke arah kiri. Dan aku melihat seakan-akan rombongan itu berjalan dengan cepatnya meneruskan perjalanannya. Kemudian datanglah gelombang manusia yang kedua, jumlah mereka berkali-kali lipat jumlah gelombang yang pertama. Ketika sampai di lahan itu mereka bertakbir, kemudian melanjutkan perjalanannya dengan memacu kendaraan mereka. Di antara mereka ada yang melepaskan hewan kendaraan mereka di lahan itu, ada pula yang hanya mengambil bekal secukupnya, lalu meneruskan perjalanannya. Kemudian datanglah gelombang manusia yang paling besar. Ketika sampai di lahan penggembalaan itu mereka bertakbir (karena kagum), dan mereka mengatakan, 'Ini adalah sebaik-baik tempat tinggal. Seakan-akan aku melihat mereka bergerak ke arah kanan dan ke arah kiri (jalan). Aku melihat semua kejadian itu, sedangkan aku tetap berada pada jalan tersebut dan meneruskan perjalananku hingga sampai di penghujung lahan itu. Tiba-tiba aku bersua dengan engkau, wahai Rasulullah, sedang berada di atas mimbar yang tangga naik menuju ke atasnya terdiri dari tujuh susun tangga naik dan engkau berada di tangga yang paling atas. Dan tiba-tiba kulihat di sebelah kanan engkau terdapat seorang lelaki yang berkulit hitam manis, bertubuh gempal, lagi berperawakan tinggi; apabila berbicara, maka suaranya dapat didengar oleh semua orang. Tiba-tiba di sebelah kiri engkau terdapat seorang lelaki berperawakan sedang dengan wajah yang kelihatan agak murung, sedangkan rambutnya seakan-akan baru dibasuh dengan air; apabila dia berbicara, maka engkau diam karena menghormatinya. Dan tiba-tiba di hadapan lelaki itu terdapat seorang lelaki berusia lanjut yang rupanya sangat mirip dengan engkau, baik perawakan maupun wajahnya, dan kamu semua bermakmum kepadanya dan menginginkannya. Tiba-tiba di hadapan orang tua itu terdapat seekor unta betina yang kurus lagi sudah tua sekali. Dan tiba-tiba engkau, ya Rasulullah, seakan-akan engkau menggiring unta itu. Maka berubahlah wajah Rasulullahﷺ Sesaat setelah itu biasa kembali, lalu beliauﷺ bersabda, "Adapun mengenai jalan yang kamu lihat rata, luas, lagi jelas, maka itu merupakan gambaran tentang hidayah yang aku bawa kepada kalian dan kalian berada padanya. Sedangkan lahan penggembalaan yang kamu lihat itu merupakan gambaran tentang dunia dan kehidupannya yang memperdaya, aku dan para sahabatku menempuh kehidupan ini tanpa bergantung kepada sesuatu pun darinya, dan dunia pun tidak bergantung kepada kami, kami tidak menginginkannya sebagaimana dunia pun tidak menginginkan kami. Kemudian datanglah rombongan kedua sesudah kami, mereka berjumlah lebih banyak daripada kami dengan lipatan yang banyak; di antara mereka ada yang menggembalakan hewan kendaraannya, ada pula yang hanya mengambil bekal secukupnya, kemudian mereka dengan begitu tetap selamat. Kemudian datanglah manusia yang sangat besar jumlahnya, lalu mereka menyerbu lahan penggembalaan itu, ada yang ke arah kanan dan ada pula yang ke arah kiri (jalan). Inna lillahi wa inna ilaihi rdji'un (sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kita hanya kepada-Nya dikembalikan). Mengenai dirimu itu, berarti engkau berada pada jalan yang baik, dan kamu tetap dalam keadaan seperti itu hingga bersua denganku. Sedangkan takwil mimbar yang kamu lihat mempunyai tujuh buah tangga naik dan aku berada di tangga yang paling atas, artinya dunia ini berusia tujuh ribu tahun dan aku berada di seribu tahun yang terakhir. Mengenai lelaki yang kamu lihat berada di sebelah kananku yang berkulit hitam manis berperawakan gempal, dia adalah Musa Apabila berbicara, maka suaranya mengalahkan semua kaum lelaki berkat ia pernah diajak bicara langsung oleh Allah. Dan orang yang kamu lihat berada di sebelah kiriku yang berperawakan sedang, berwajah murung, seakan-akan rambut kepalanya dibasahi dengan air, dia adalah Isa putra Maryam, kami menghormatinya karena Allah menghormatinya. Adapun mengenai unta betina yang kamu lihat dan kamu saksikan dalam mimpimu itu aku membangunkannya, maka itu adalah hari kiamat. Hari kiamat akan dialami oleh kita; tiada nabi sesudahku dan tiada umat sesudah umatku.
*Abu Zamil£ melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Rasulullahﷺ tidak lagi menanyakan (kepada sahabatnya) tentang mimpi, terkecuali bila yang bersangkutan sendiri yang menceritakan kepada beliau tentang mimpi yang dialaminya dengan suka rela.