بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءًۙ ﴿٣٥﴾
innā ansya`nāhunna insyā`ā
Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung,
Tafsir Surah Al-Waqi’ah Ayat: 35
Firman Allahﷻ:
اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءً. فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًا. عُرُبًا اَتْرَابًا لِّاˆصْحٰبِ الْيَمِيْنِ
( Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan. ) (Al-Waqi'ah: 56:35 sampai 56:38)
*Dalam ayat ini damir dialamatkan kepada yang tidak disebutkan; tetapi karena konteks ayat berkaitan dengan kasur-kasur yang menjadi tempat pembaringan para bidadari itu, maka sudah dianggap cukup dengan menyebutkan hal tersebut sebagai ganti dari mereka. Lalu damir diulangi lagi penyebutannya dengan merujuk kepada mereka, seperti halnya yang ada di dalam firman Allahﷻ:
اِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصّٰفِنٰتُ الْجِيَادُ. فَقَالَ اِنِّيْٓ اَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّيْ حَتّٰى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ
( (Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang pada saat berhenti dan cepat saat berlari pada waktu sore, maka ia berkata, "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan. ) (Shad, 38:31 -38:32)
*Menurut pendapat yang terkenal di kalangan ulama tafsir, lafaz tawarat damir yang ada padanya kembali kepada matahari, yakni sampai matahari tenggelam (bukan sampai kuda itu hilang dari pandangan).
*Al-Akhfasy mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: ( Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari). ) (Al-Waqi'ah, 56:35) Kata ganti mereka disebutkan, padahal sebelumnya tidak disebutkan.
*Menurut Abu Ubaidah, mereka (bidadari-bidadari) itu telah disebutkan dalam firman yang jauh sebelumnya, yaitu: ( Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli. laksana mutiara yang tersimpan baik. ) (Al-Waqi'ah, 56:22-56:23)
Adapun firman Allahﷻ:
اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءً
( Sesungguhnya Kami menciptakan mereka. ) (Al-Waqi'ah, 56:35)
Yakni Kami kembalikan lagi mereka dalam penciptaan yang baru yang sebelumnya mereka telah tua renta, lalu menjadi perawan dan berusia muda kembali. Sesudah mereka tidak perawan lagi, kembali menjadi perawan dan penuh dengan gairah cinta serta disukai oleh suami-suami mereka karena mereka telah berubah rupa menjadi muda, cantik, dan menarik.
*Sebagian ulama mengatakan bahwa makna ( 'uruban ) ialah manja.
*Musa ibnu Ubaidah Ar-Rabzi telah meriwayatkan dari Ar-Raqqasyi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullahﷺ pernah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: ( Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. ) (Al-Waqi'ah, 56:35) Beliauﷺ bersabda: "Wanita yang dahulunya ketika di dunia telah tua dan matanya telah lamur lagi layu.
*Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hadis ini, kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, Musa dan Yazid keduanya daif.
*Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Jabir, dari Yazid ibnu Murrah, dari Salamah ibnu Yazid yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullahﷺ bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: ( Sesungguhnya Kami menciptakan (bidadari-bidadari) dengan langsung. ) (Al-Waqi'ah, 56:35) Yakni janda dan perawan yang dahulunya di dunia.
*Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnul Miqdam, telah menceritakan kepada kami Al-Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan yang menceritakan bahwa pernah ada seorang nenek-nenek berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia memasukkan aku ke dalam surga. Maka Rasulullahﷺ menjawab: Hai Ummu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh nenek-nenek. Maka nenek-nenek itu pergi seraya menangis. Lalu Rasulullahﷺ bersabda: Beritahukanlah kepadanya bahwa dia tidak dapat memasukinya dalam keadaan nenek-nenek. Sesungguhnya Allahﷻ telah berfirman, "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan ciptaan yang baru, maka Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.
*Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi di dalam Asy-Syama-il melalui Abdu ibnu Humaid.
*Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bakar ibnu Sahl Ad-Dimyati, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hasyim Al-Bairuni, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abu Karimah, dari Hisyam ibnu Hassan, dari Al-Hasan, dari ibunya, dari Ummu Salamah yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: ( Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli. ) (Al-Waqi'ah, 56:22). Maka Rasulullahﷺ menjawab: "Berkulit putih, bermata jeli, lagi berbulu mata lentik seperti sayap burung elang. Ia (Ummu Salamah) bertanya kembali, "Sebutkanlah kepadaku makna firman Allahﷻ: ( laksana mutiara yang tersimpan baik. ) (Al-Waqi'ah, 56:23). Nabiﷺ menjawab: "Beningnya seperti mutiara yang berada dalam kerangnya lagi belum pernah tersentuh oleh tangan. Ia bertanya, "Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: ( Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. ) (Ar-Rahman, 55:70). Maka beliauﷺ menjawab: "Akhlaknya baik-baik dan rupanya cantik-cantik. Ia bertanya kembali, "Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman Allahﷻ: ( Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. ) (Ash-Shaffat, 37:49). Nabiﷺ menjawab: "Kelembutan kulit bidadari-bidadari itu sama dengan kulit air telur yang kamu lihat berada di balik kulit luarnya. Ia bertanya kembali tentang makna firman-Nya: ( penuh cinta lagi sebaya umurnya. ) (Al-Waqi'ah, 56:37) Nabiﷺ menjawab: Mereka itu adalah wanita-wanita yang ketika di dunia meninggal dalam keadaan nenek-nenek, matanya lamur dan sudah peot. Lalu Allah menciptakan mereka kembali sesudah mereka tua menjadi perawan, penuh gairah cinta lagi dicintai, sedangkan usia mereka sebaya (muda-muda). Aku (Ummu Salamah) bertanya, "Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama antara wanita dunia dan bidadari? Rasulullahﷺ menjawab: Tidak, wanita dunialah yang lebih utama daripada bidadari yang bermata jeli, seperti keutamaan bagian luar atas bagian dalam. Aku bertanya, "Mengapa demikian? Beliauﷺ menjawab: "Berkat salat, puasa dan ibadah mereka kepada Allahﷻ Allah memakaikan nur pada wajah mereka, dan pada tubuh mereka kain sutra yang putih dan pakaian mereka hijau dengan perhiasan berwarna kuning. Pedupaan mereka terbuat dari mutiara, dan sisir mereka dari emas. Mereka mengatakan. Kami adalah wanita-wanita yang kekal dan tidak akan mati selama-lamanya, kami adalah wanita-wanita yang hidup senang, maka kami tidak akan sengsara selama-lamanya. Kami adalah wanita-wanita yang selalu berada di tempat, maka kami tidak akan bepergian selama-lamanya; dan kami adalah wanita-wanita yang hidup dengan puas, maka kami tidak akan marah selama-lamanya. Beruntunglah bagi orang yang kami adalah istri-istrinya dan dia menjadi suami kami. Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, seseorang dari kami mengalami kawin dengan dua orang atau tiga atau empat orang lelaki, kemudian ia mati dan masuk surga, dan bekas suami-suaminya pun masuk surga pula bersamanya, maka siapakah di antara mereka yang menjadi suami kekalnya? Rasulullahﷺ menjawab: "hai Ummu Salamah, sesungguhnya dia disuruh memilih mana dari mereka yang paling baik akhlaknya. Maka ia akan berkata. "Ya Tuhanku, sesungguhnya orang ini adalah orang yang paling baik akhlaknya bersamaku, maka kawinkanlah aku dengan dia. Hai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu membawa kebaikan dunia dan akhirat.
*Di dalam hadis tentang sangkakala yang cukup panjang lagi terkenal disebutkan bahwa Rasulullahﷺ memberikan syafaat kepada semua orang-orang mukmin agar mereka dimasukkan ke dalam surga. Maka Allahﷻ berfirman, "Sesungguhnya Aku telah mengizinkanmu untuk memberi syafaat, dan Aku izinkan bagi mereka untuk memasukinya. Dan tersebutlah bahwa Rasulullahﷺ sehubungan dengan hal ini bersabda:
"Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, tidaklah kalian lebih mengetahui terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal kalian daripada ahli surga terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal mereka. Seseorang lelaki dari mereka masuk menemui tujuh puluh dua orang istri dari bidadari yang telah diciptakan oleh Allah, dan dua orang wanita dari kalangan manusia; keduanya mempunyai keutamaan yang melebihi bidadari yang diciptakan oleh Allahﷻ secara langsung, berkat ibadah keduanya semasa di dunia. Dan ia masuk menemui salah seorang istri dari wanita dunia di dalam sebuah gedung yang terbuat dari yaqut berada di atas dipan dari emas yang bertahtakan mutiara. Di atas dipan itu terdapat tujuh puluh macam pakaian yang terbuat dari kain sutra tebal dan tipis. Dan sesungguhnya ia benar-benar meletakkan tangannya di antara kedua tulang belikat istrinya, lalu ia melihat tangannya dari balik dada istrinya yang terlindung oleh pakaian, kulit dan dagingnya, tetapi ia dapat melihat tangannya dari balik kesemuanya itu. Dan bahkan ia dapat melihat kepada sumsum betisnya sebagimana seseorang dari kalian dapat melihat seutas benang yang berada di dalam lubang untaian yaqut. Dan hatinya mempunyai cermin, ketika ia sedang berasyik maksyuk dengannya yang kedua belah pihak tidak merasa bosan-bosan, ia merasa kaget karena tidak sekali-kali ia mendatanginya ternyata menjumpainya dalam keadaan perawan. Penisnya tidak pernah mengendur dan vaginanya tidak pernah merasa sakit, hanya saja persetubuhan itu tidak mengeluarkan air mani dari kedua belah pihak. Ketika dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba terdengar suara memanggil yang mengatakan, "Sesungguhnya Kami mengetahui kamu tidak pernah merasa bosan darinya dan dia tidak merasa bosan pula darimu, hanya saja kamu masih mempunyai istri-istri lain selain dia. Maka untuk itu ia keluar dan mendatangi mereka seorang demi seorang, setiap kali ia mendatangi seseorang dari mereka, istri yang didatanginya mengatakan. "Demi Allah, tiada di dalam surga ini sesuatu pun yang lebih tampan daripada kamu. dan tiada sesuatu pun di dalam surga ini yang lebih aku cintai selain kamu.
*Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, dari Darij, dari Abu Hujairah, dari Abu Hurairah, dari Rasulullahﷺ, bahwa Abu Hurairah pernah bertanya, "Apakah kita bersetubuh di dalam surga? Maka Rasulullahﷺ menjawab: Ya, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, dengan dorongan yang kuat dan kuat sekali, manakala ia berdiri darinya (lalu mengulanginya), ia menjumpainya dalam keadaan perawan kembali seperti semula.
*Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Jabir Al-Faqih Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Malik Ad-Daqiqi Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Ma'la ibnu Abdur Rahman Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Asim Al-Ahwal, dari Abul Mutawakkil, dari Abu Sa'id yang mengatakan bahwa Rasulullahﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya ahli surga itu setiap kali menyetubuhi istri-istri mereka, dia menjumpainya dalam keadaan perawan.
*Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imran, dari Qatadah, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullahﷺ pernah bersabda: "Seorang mukmin di dalam surga diberi kekuatan sebanyak anu dan anu terhadap wanita. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah dia kuat melakukannya? Rasulullahﷺ menjawab, "Dia diberi kekuatan seratus kali lipat.
*Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Abu Daud, dan ia mengatakan bahwa hadis ini sahih garib.
*Abul Qasim At-Tabrani telah meriwayatkan melalui hadis Husain ibnu Ali Al-Ju'fi, dari Zaidah, dari Hisyam ibnu Hassan, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah£ yang mengatakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullahﷺ, "Wahai Rasulullah, apakah kita dapat menyetubuhi istri-istri kita di dalam surga? Rasulullahﷺ menjawab: "Sesungguhnya seorang lelaki benar-benar setiap harinya dapat menggauli seratus orang perawan.
*Al-Hafiz Abu Abdullah Al-Maqdisi mengatakan bahwa hadis ini menurut hemat saya dengan syarat disebutkan di dalam kitab sahih; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.