بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ ﴿٤٣﴾
a ra`aita manittakhaża ilāhahụ hawāh, a fa anta takụnu 'alaihi wakīlā
Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?
Tafsir Surah Al-Furqan Ayat: 43
*Kemudian Allahﷻ berfirman mengingatkan kepada Nabi-Nya, bahwa orang yang telah ditakdirkan celaka dan sesat oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya selain Allahﷻ
اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ
( Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. ) (Al-Furqan, 25:43)
Yakni mana saja yang dianggap baik oleh selera hawa nafsunya, maka itu adalah tuntunan dan panutannya. Sebagaimana yang disebut oleh Allahﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya:
اَفَمَنْ زُيِّنَ لَهٗ سُوْۤءُ عَمَلِهٖ فَرَاٰهُ حَسَنًا فَاِنَّ اللّٰهَ يُضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ
( Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk, lalu dia meyakini pekerjaan itu baik (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. ) (Fathir, 35:8), hingga akhir ayat.
*Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا
( Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? ) (Al-Furqan, 25:43)
*Ibnu Abbas mengatakan bahwa dahulu di masa Jahiliah seseorang menyembah batu putih selama suatu masa. Maka bila ia melihat sesuatu yang lain yang lebih baik daripada batu putih sembahannya itu, ia beralih menyembahnya dan meninggalkan sembahan yang pertama.