Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban atau Hatim at-Tamimi al-Busti as-Sijistani
صحيح ابن حبان ٣٥٩: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ الْفَضْلِ الْكَلاَعِيُّ بِحِمْصَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ بْنِ سَعِيدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعَيْبٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ الْحَوْلاَءَ بِنْتَ تُوَيْتِ بْنِ حَبِيبِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى مَرَّتْ بِهَا، وَعِنْدَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: فَقُلْتُ: هَذِهِ الْحَوْلاَءُ بِنْتُ تُوَيْتٍ، وَزَعَمُوا أَنَّهَا لاَ تَنَامُ بِاللَّيْلِ، فقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تَنَامُ بِاللَّيْلِ خُذُوا مِنَ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ، فَوَاللَّهِ لاَ يَسْأَمُ اللَّهُ حَتَّى تَسْأَمُوا. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ يَسْأَمُ اللَّهُ حَتَّى تَسْأَمُوا مِنْ أَلْفَاظِ التَّعَارُفِ الَّتِي لاَ يَتَهَيَّأُ لِلْمُخَاطَبِ أَنْ يَعْرِفَ الْقَصْدَ فِيمَا يُخَاطَبُ بِهِ إِلاَّ بِهَذِهِ الأَلْفَاظِ.
Shahih Ibnu Hibban 359: Muhammad bin Ubaidillah bin Al Fadhli Al Kala’i di Himsh mengabarkan kepada kami, Amru bin Utsman bin Sa’id menceritakan kepada kami, ia berkata, Ayahku menceritakan kepada kami, ia berkata, Syu’aib menceritakan kepada kami, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah, “Bahwa suatu ketika Al Haula' binti Tuwait bin Habib bin Asad bin Abdul Uzza lewat di hadapan Aisyah, dan ia sedang berada di samping Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Aisyah berkata, (Wahai Rasulullah SAW) ini adalah Al Haula’ binti Tuwait, banyak orang yang mengatakan kalau ia tidak pemah tidur malam.” Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam lalu bersabda, “Tidak pemah tidur malam! Ambillah amalan yang engkau sanggup untuk mengerjakannya. Demi Allah SWT, Allah SWT tidak akan pernah jemu hingga kalian sendiri yang jemu. ” 78 Abu Hatim berkata, Sabda Nabi SAW: “Allah SWT tidak akan jemu hingga kalian sendiri yang jemu: termasuk lafazh-lafazh perkenalan, maka bagi orang yang di ajak bicara tidak mungkin untuk mengetahui kebenaran sesuatu yang di bicarakannya, berupa hakikat dan tujuan pembicaraan tersebut, kecuali dengan lafazh ini. 3:65
Shahih Ibnu Hibban Nomer 359