Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban atau Hatim at-Tamimi al-Busti as-Sijistani
صحيح ابن حبان ٧٥٥: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ الْمَرْوَزِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْمُقْرِئُ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي بَشِيرُ بْنُ أَبِي عَمْرٍو الْخَوْلاَنِيُّ، أَنَّ الْوَلِيدَ بْنَ قَيْسٍ التُّجِيبِيَّ حَدَّثَهُ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: يَكُونُ خَلْفٌ بَعْدَ سِتِّينَ سَنَةً أَضَاعُوا الصَّلاَةَ، وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ، فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا، ثُمَّ يَكُونُ خَلْفٌ يَقْرَؤُونَ الْقُرْآنَ لاَ يَعْدُو تَرَاقِيَهُمْ، وَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ ثَلاَثَةٌ: مُؤْمِنٌ، وَمُنَافِقٌ، وَفَاجِرٌ.قَالَ بَشِيرٌ: فَقُلْتُ لِلْوَلِيدِ: مَا هَؤُلاَءِ الثَّلاَثَةُ؟ قَالَ: الْمُنَافِقُ كَافِرٌ بِهِ، وَالْفَاجِرُ يَتَأَكَّلُ بِهِ، وَالْمُؤْمِنُ يُؤْمِنُ بِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 755: Al Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, dia berkata: ‘Abdah bin Abdurrahim Al Marwazi menceritakan kepada kami, dia berkata: Al Muqri'44 menceritakan kepada kami dia berkata: Haiwah bin Syuraih menceritakan kepada kami, dia berkata: Basyir bin Abu Amru Al Khaulani menceritakan kepadaku, bahwa Al Walid bin Qais At-Tujaibi menceritakan kepadanya, bahwa dia mendengar Abu Sa’id Al Khudri berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, “Setelah enam puluh tahun nanti, akan ada satu generasi (pengganti) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kemudian akan ada pula satu generasi (pengganti) yang membaca Al Qur'an tetapi bacaannya tidak sampai melewati tulang- tulang selangka mereka. Akan ada tiga golongan yang membaca Al Qur'an, yaitu: orang mukmin, orang munafiq, dan orang yang suka berbuat maksiat." 45 Basyir berkata: Aku bertanya kepada Al Walid, “Bagaimana keadaan ketiga golongan itu?” Dia menjawab, “Orang munafiq kufur (ingkar) terhadap Al Qur'an, orang yang suka berbuat maksiat memakan harta (mengambil upah) dari Al Qur'an, sementara orang mukmin mengimani Al Qur'an.”
Shahih Ibnu Hibban Nomer 755