Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban atau Hatim at-Tamimi al-Busti as-Sijistani
صحيح ابن حبان ٧٧٤: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ آدَمَ غُنْدَرٌ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ الْمَعْنِيُّ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ، عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَسِيرٍ فَنَزَلَ، فَمَشَى رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ إِلَى جَانِبِهِ، فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ، فَقَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِأَفْضَلِ الْقُرْآنِ؟ قَالَ: فَتَلاَ عَلَيْهِ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِأَفْضَلِ الْقُرْآنِ، أَرَادَ بِهِ: بِأَفْضَلِ الْقُرْآنِ لَكَ، لاَ أَنَّ بَعْضَ الْقُرْآنِ يَكُونُ أَفْضَلَ مِنْ بَعْضٍ، لأَنَّ كَلاَمَ اللهِ يَسْتَحِيلُ أَنْ يَكُونَ فِيهِ تَفَاوُتُ التَّفَاضُلِ.
Shahih Ibnu Hibban 774: Al Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, Ahmad bin Adam Ghundar menceritakan kepada kami, Ali bin Abdul Hamid Al Ma’ni menceritakan kepada kami, Sulaiman bin Al Mughirah menceritakan kepada kami, dari Tsabit Al Bunani, dari Anas bin Malik, dia berkata: (Suatu ketika) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berada dalam satu perjalanan, lalu beliau singgah (di suatu tempat), tiba-tiba salah seorang shahabat beliau berjalan menuju ke arah beliau. Beliau pun menoleh ke arah orang itu, lalu bersabda, “Maukah jika aku beritahukan kepadamu tentang surah yang paling utama dalam Al Qur'an?” Anas bin Malik berkata: Kemudian beliau membacakan kepadanya finnan Allah: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." (Qs. Al Fatihah 1: 1)” 1:2 Abu Hatim berkata: Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Maukah jika aku beritahukan kepadamu tentang surah yang paling utama dalam Al Qur'an?”, maksudnya adalah surah yang paling utama dalam Al Qur'an bagimu. Ini tidak berarti bahwa sebagian surah Al Qur'an lebih utama daripada sebagian surah lainnya, karena pada Kalam Allah tidak mungkin ada perbedaan keutamaan (antara yang sebagian dengan sebagian lainnya). 76
Shahih Ibnu Hibban Nomer 774