Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban atau Hatim at-Tamimi al-Busti as-Sijistani
صحيح ابن حبان ٦٤١: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْهَمْدَانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُهَاجِرِ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عُبَيْدَةَ، عَنْ حَيَّانَ أَبِي النَّضْرِ، قَالَ خَرَجْتُ عَائِدًا لِيَزِيدَ بْنِ الأَسْوَدِ فَلَقِيتُ وَاثِلَةَ بْنَ الأَسْقَعِ وَهُوَ يُرِيدُ عِيَادَتَهُ، فَدَخَلْنَا عَلَيْهِ، فَلَمَّا رَأَى وَاثِلَةَ، بَسَطَ يَدَهُ، وَجَعَلَ يُشِيرُ إِلَيْهِ، فَأَقْبَلَ وَاثِلَةُ حَتَّى جَلَسَ، فَأَخَذَ يَزِيدُ بِكَفَّيْ وَاثِلَةَ، فَجَعَلَهُمَا عَلَى وَجْهِهِ، فقَالَ لَهُ وَاثِلَةُ: كَيْفَ ظَنُّكَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: ظَنِّي بِاللَّهِ وَاللَّهِ حَسَنٌ، قَالَ: فَأَبْشِرْ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: قَالَ اللَّهُ جَلَّ وَعَلاَ: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي إِنْ ظَنَّ خَيْرًا، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا.
Shahih Ibnu Hibban 641: Umar bin Muhammad Al Hamdani mengabarkan kepada kami, ia berkata: Amr bin Usman menceritakan kepada kami, ia berkata, Ayahku menceritakan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Al Muhajir menceritakan kepada kami, dari Yazid bin Abidah, dari Hayyan Abu An Nadhr, ia berkata, aku keluar untuk menjenguk Yazid bin Al Aswad, lalu aku bertemu Watsilah bin Al Asqa’, dan ia juga ingin menjenguk Yazid. Kemudian kami masuk. Tatkala Yazid melihat Watsilah, ia membeberkan tangannya, dan memberi isyarat kepadanya. Watsilah lalu menghampirinya dan duduk di sisinya. Yazid memegang kedua telapak tangan Watsilah dan mengusapkan ke wajahnya. Kemudian Watsilah bertanya kepadanya, “Bagaimanakah (Saat ini) persangkaanmu kepada Allah SWT?” Ia menjawab, “Demi Allah SWT, persangkaanku terhadap-Nya baik.” Watsilah berkata, “Bergembiralah! Sungguh aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, “Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman, “Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Apabila ia berprasangka baik terhadap-Ku, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Apabila ia berprasangka buruk terhadap-Ku, maka ia akan mendapatkan keburukan.”436 1: 95
Shahih Ibnu Hibban Nomer 641