Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban atau Hatim at-Tamimi al-Busti as-Sijistani
صحيح ابن حبان ٢٧٠: أَخْبَرَنَا الْفَضْلُ بْنُ الْحُبَابِ الْجُمَحِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ عَجْلاَنَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ أَبِي الْحُبَابِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا تَصَدَّقَ عَبْدٌ بِصَدَقَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلاَ يَقْبَلُ اللَّهُ إِلاَّ طَيِّبًا، وَلاَ يَصْعَدُ إِلَى السَّمَاءِ إِلاَّ طَيِّبٌ إِلاَّ كَأَنَّمَا يَضَعُهَا فِي يَدِ الرَّحْمَنِ، فَيُرَبِّيهَا لَهُ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ وَفَصِيلَهُ، حَتَّى إِنَّ اللُّقْمَةَ أَوِ التَّمْرَةَ لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِثْلَ الْجَبَلِ الْعَظِيمِ. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِلاَّ كَأَنَّمَا يَضَعُهَا فِي يَدِ الرَّحْمَنِ يُبَيِّنُ لَكَ أَنَّ هَذِهِ الأَخْبَارَ أُطْلِقَتْ بِأَلْفَاظِ التَّمْثِيلِ دُونَ وُجُودِ حَقَائِقِهَا، أَوِ الْوُقُوفِ عَلَى كَيْفِيَّتِهَا، إِذْ لَمْ يَتَهَيَّأْ مَعْرِفَةُ الْمُخَاطَبِ بِهَذِهِ الأَشْيَاءِ إِلاَّ بِالأَلْفَاظِ الَّتِي أُطْلِقَتْ بِهَا.
Shahih Ibnu Hibban 270: Al Fadhl bin Al Hubab Al Jumahi mengabarkan kepada kami dia berkata: Ibrahim bin Basysyar menceritakan kepada kami, dia berkata: Sufyan menceritakan kepada kami, dari Ibnu Ajlan dari Sa’id bin Yasar Abi Al Hubab dari Abu Hurairah, dia berkata: Abu Al Qasim, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba mengeluarkan sedekah dari hasil usaha yang baik (halal) -dan Allah tidak pernah menerima kecuali yang baik dan tidak ada yang naik ke langit kecuali yang baik- kecuali seolah-olah ia sedang meletakkannya di tangan Allah Yang Maha Pengasih. Lalu Dia memeliharanya untuknya, seperti salah seorang dari kalian memelihara anak kuda yang masih kecil dan unta yang masih disapih oleh induknya. Hingga satu suap makanan atau satu butir kurma, pada hari kiamat nanti akan datang dalam wujud seperti gunung yang sangat besar.” 594 3: 67 Abu Hatim berkata “Sabda Rasulullah SAW; “kecuali seolah-olah ia sedang meletakkannya di tangan Allah Yang Maha Pengasih” menjelaskan kepada Anda bahwa hadits-hadits itu disampaikan dengan gaya bahasa perumpamaan yang sama sekali bukan untuk hakikat wujudnya, dan tidak usah mencari tahu tentang cara dan teknisnya. Hal itu, karena pengetahuan manusia tidak mempunyai potensi untuk memahami hal-hal itu kecuali dengan kalimat- kalimat yang digunakan tersebut.
Shahih Ibnu Hibban Nomer 270